Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memberikan penjelasan terkait tudingan adanya praktik jual beli jam penerbangan favorit di industri penerbangan nasional. Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim menegaskan, isu tersebut muncul karena keterbatasan armada yang berdampak pada pengurangan frekuensi penerbangan di sejumlah rute.
Reza menjelaskan, berkurangnya jumlah pesawat membuat Garuda tidak selalu bisa hadir di jam-jam utama atau prime time. Hal inilah yang menurutnya memunculkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa Garuda absen di slot penerbangan tertentu.
“Mungkin dengan keterbatasan armada, frekuensi ke destinasi tertentu berkurang dibanding sebelumnya. Itu yang memunculkan persepsi mengapa Garuda tidak ada di jam-jam favorit,” kata Reza saat ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (22/9/2025).
Meski demikian, Reza memastikan manajemen terus meninjau ulang jadwal penerbangan agar layanan tetap optimal bagi masyarakat. Ia juga menekankan bahwa pengajuan slot penerbangan oleh Garuda selalu mendapat dukungan dan dijalankan sesuai aturan Kementerian Perhubungan.
“Kami dalam posisi menjalankan prosedur sesuai ketentuan di Kemenhub, dan sejauh ini sangat didukung oleh otoritas terkait,” ujarnya.
Sementara itu, dugaan keberadaan “mafia” jam terbang sebelumnya disampaikan Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDI Perjuangan, Mufti Anam. Ia mempertanyakan absennya Garuda dan Citilink di sejumlah jam penerbangan favorit, sementara slot tersebut justru dikuasai maskapai swasta.
Mufti bahkan mengungkap adanya kabar jual beli slot penerbangan dengan nilai mencapai miliaran rupiah. Ia mendesak agar manajemen Garuda memberi penjelasan terbuka sekaligus meminta aparat penegak hukum mengusut bila praktik itu benar adanya.
