![]() |
uji coba Dapur Sekolah di SDN Borong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (02/10/2025). |
Ternyata dengan konsep Dapur Sekolah justru lebih disukai anak-anak, orang tua, komite dan para guru dibanding dengan dapur SPPG (satuan pelayanan pemenuhan gizi) yang ada saat ini. Selain makanannya masih fresh, menu yang dihidangkan juga lebih disukai anak-anak serta lebih sehat.
Hal ini disampaikan oleh Barliang SPd. Pengawas Sekolah Kecamatan Manggala, Makassar
saat hadir dalam acara uji coba Dapur Sekolah di SDN Borong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (02/10/2025).
Barliang tampak sangat tertarik dengan pola Dapur Sehat yang saat itu sedang dilakukan uji coba. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana proses dan antusias anak-anak dalam menyantap makanan yang disajikan oleh Dapur Sekolah.
Kesimpulannya, pola Dapur Sehat menjadi satu solusi logis dari upaya menihilkan kasus keracunan yang sudah meneror para orang tua siswa.
Untuk menggali seperti apa penilaian Barliang, S.Pd selaku Pengawas Sekolah Kecamatan Mandala, Kota Makasar terhadap pelaksanaan Dapur Sekolah, berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana penilaian Anda terhadap pelaksanaan Dapur Sekolah Makan Bergizi Gratis di SDN Borong ini?
Saya selaku pengawas dari kecamatan sangat setuju dengan adanya dapur MBG di sekolah seperti ini, karena lebih hygenis, lebih bersih, dan melibatkan orangtua siswa. Banyak orangtua siswa butuh aktivitas, apalagi untuk anak-anak mereka, pasti senang. Apalagi kondisi ekonomi masyarakat kita sedang sulit. Maka dengan Dapur Sekolah bisa sangat membantu para orang tua di sini.
Menurut Anda, apakah pola ini bisa menjadi alternatif solusi dari pelaksanaan Dapur SPPG yang selama ini banyak terjadi keracunan?
Ini adalah satu alternatif yang sangat bagus menurut saya, karena kalau di sekolah yang mengadakan, pasti mereka sudah tahu kebersihannya sepertia apa, dan orang tua sendiri yang memasak itu adalah orang-orang yang penuh tanggung jawab.
Dan yang saya katakan tadi, banyak orang tua yang bersedia memasak. Mereka pasti akan memperlihatkan yang terbaik untuk anaknya di sekolah. Mereka akan memasak dengan penuh kasih sayang.
Jadi menurut Anda, pola Dapur Sehat ini menjadi alternatif yang paling masuk akal?
Iya, betul sekali. Tak ada alternatif lain yang lebih logis dan meyakinkan. Pola Dapur Umum yang berjalan selama ini masih banyak yang campur tangan, sehingga banyak masalah. Di Makassar kita lihat banyak yang makanannya terlambat datang, akibatnya masakan basi. Anak-anak itu, makannya harus tepat waktu.
Banyak anak sakit perut karena waktu makan yang tak sesuai jadwal. Setelah lambat datang, kalau dimakan pasti sakit perutnya, karena waktu makannya sudah lewat.
Jadi sebagai solusinya, saya sangat mendukung dengan Dapur Sekolah ini.
Apa saran Anda terhadap Badan Gizi Nasional (BGN) dan Pemerintah?
Saran saya, kalau bisa, tidak usahlah ada Dapur Umum MBG. Cukup dapurnya ada di sekolah saja dan yang dilibatkan adalah orang tua, yang memang membutuhkan pekerjaan.
Tim Mahardhika Paripurna Media (MPM) sendiri telah melakukan survei ke 21 sekolah di 8 kabupaten/kota.
Hasil uji coba cukup memuaskan, tidak ada kasus apapun, serta mendapat respon positif dari berbagai pihak. Mereka berharap tak sekadar uji coba, tetapi melangkah ke kegiatan yang rutin. (*)